TAKALAR, TURUNGKA.COM - Memasuki bulan rabiul awal, hampir seluruh umat Islam
di tanah air, di sibukkan dengan pelaksanaan acara yang disebut dengan Maulid,
yaitu untuk memperingati kelahiran Nabi Besar Muhammad saw.
Di takalar, khususnya di Cikoang,
peringatan maulid ini dikenal dengan sebutan Maudu’ lompoa (Maulid Besar) atau
peringatan Maulid yang dilaksanakan secara besar-besaran, oleh seluruh
masyarakat Cikoang, salah satu kampung masyarakt pesisir di kab. Takalar.
Kegiatan ini sudah menjadi agenda
rutinitas, setiap tahun bada bulan Rabiul Awal (penanggalan Islam). Dan telah
berlangsung secara turun temurun di daerah tersebut. Maudu lompoa memiliki
maksud untuk menunjukkan kecintaan kepada Nabiullah Muhammad saw.
Maudu’ lompoa tidak hanya dihadiri
oleh masyarakat setempat, tetapi banyak warga dari luar Cikoang dan
Takalarpun, menghadiri acara tersebut, ada yang datang meramaikan dengan
berpartisipasi, ada pula yang hanya ingin melihat ramainya acara tersebut.
Sungai Cikoang yang menjadi pusat pelaksanaan acara,
akan dipenuhi oleh perahhu-perahu yang telah dihias dengan beraneka ragam warna
dekorasi dan diisi dengan berbagai macam makanan/kanre maudu, mulai dari
songkolo’/kanre maudu, telur yang telah diberi warna, sehingga tampak meriah,
dan aneka makanan lainnya.
Bagi masyarakat Cikoang besar-kecilnya kecintaan
kepada Nabi itu ditunjukkan dengan banyak atau sedikitnya, kanre maudu’ yang
dipersembahkan pada saat itu. sehingga mereka akan berbondong-bondong dan
berlomba-lomba untuk mempersiapkan hal tersebut.
Bahkan tidak jarang warga akan menggadaikan harta
bendanya, hewan ternaknya, bahkan sawahnya, demi untuk mempersembahkan kanre
maudu’. Mungkin bagi yang tergolong mampu hal itu tidak menjadi masalah, akan
tetapi bagaimana dengan mereka yang tergolong kurang/tidak mampu?
Menurut cerita yang berkembang, bahwa mereka yang
tidak bisa mempersembahkan kanre maudu pada acara tersebut, akan merasa malu
kepada warga yang lainnya.
Timbul sebuah pertanyaan, apakah betul peringatan
maulid nabi harus dilaksanakan secara berlebih-lebihan/ bermewah-mewahan.
Bukankah Nabi mengajarkan umatnya untuk hidup sederhana.
Maudu Lompoa Cikoang dianggap sebagai acara
puncak/penutupan peringatan maulid di butta panrannuangku. Sehinnga kita tidak
akan mendaptkan/melihat peringatan maulid yang dilaksanakan di seluruh wilayah
kab. Takalar setelah pelaksanaan maudu’ lompoa tersebut.
Berarti maudu’ lompoa adalah pemegang otoritas kunci
pelaksanaan maudu’ di daerah ini. Sehingga masyarakat yang memiliki ke inginan
melaksanakan maulid, batal dilaksanakan karena maudu’ lompoa telah
dilaksanakan.
Mungkin mereka berfikir bahwa maudu setelah maudu
lompoa, itu tidak akan memiliki berkah lagi. seharusnya maudu’ lompoa hanya
menjadi simbol pemersatu masyarakat takalar dalam pelaksanaan maulid tersebut,
tidak menjadi puncak/penutup peringatan maulid. Sehingga bagi masyarakat yang
berkeinginan melaksanakan acara tersebut bisa melaksanakannya kapan saja.
Ahmad Rusaidi, S.Pd.I
Ketua I
Pemuda Muslimin Indonesia Cabang Takalar 2011
– 2013, guru PNS di SMA Neg. 2 Polut.
0 komentar:
Posting Komentar