TAKALAR, TURUNGKA.COM - Tidak bisa dipungkiri bahwa bumi
Takalar di masa perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan penjajah, pernah
menjadi basis para pejuang kemerdekaan di bawah panji – panji LAPRIS (Laskar Perlawanan
Rakyat Indonesia Sulawesi) di bawah pimpinan Ranggong Daeng Romo dan beberapa
pemuda Takalar ketika itu. Ini adalah bukti bahwa sebenarnya Takalar merupakan
aset yang tidak ternilai harganya di pangkuan ibu pertiwi.
Tidak banyak kabupaten di Indonesia yang
mempunyai pahlawan nasional sebanyak dua orang sekaligus. Takalar patut
berbangga karena mempunyai dua pahlawan nasional yaitu Ranggong Daeng Romo dan
Padjonga Daeng Ngalle Karaeng Polongbangkeng.
Di Sulawesi Selatan ini, kelihatannya
hanya Kabupaten Gowa yang juga mempunyai dua pahlawan nasional nasional yaitu I
Mallombassi Daeng Mattawang Sultan Hasanuddin Raja Gowa ke XVI dan Syekh Yusuf
Al – Makassari Tuanta Salamaka.
Meminjam teori kemungkinan (probability), dengan menghitung besarnya
jasa – jasa yang telah diberikan kepada republik, seharusnya Takalar saat ini, sejatinya telah
menjadi salah satu kabupaten terkemuka di Indonesia. Setidaknya sama
terkemukanya dalam hal koleksi pahlawan nasional.
Namun kenyataan berkata lain, kabupaten
ini masih terseok di belakang, dan bahkan jauh dari pencerminan masa lalunya.
Kemiskinan dan pengangguran masih menjadi momok yang selalu menghantui
masyarakatnya, bahkan boleh dibilang telah menjadi karib yang selalu melekat
dalam keseharian kehidupan masyarakatnya.
Padahal jika dilihat potensi yang
dimiliki daerah ini, sebenarnya tidaklah kalah dengan daerah – daerah lain.
Bahkan cenderung lebih lengkap karena Takalar mempunyai wilayah laut,
kepulauan, pantai, pertambakan, lahan persawahan, perkebunan, hutan,
pertambangan, sumber daya manusia, dan yang tidak kalah pentingnya adalah akses
ke pusat perdagangan di Indonesia Timur yaitu Kota Makassar begitu dekat.
Bahkan dari arah Galesong, Takalar
langsung berbatasan dengan Kota Makassar. Kesemua potensi yang dimiliki
tersebut, jika dikelola dengan baik, maka tentu akan menjadi sumber pendapatan
ekonomi yang produktif bagi rakyat Takalar. Yang dengan sendirinya dapat
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat, sebagaimana yang
diperjuangkan oleh para pahlawan nasional tersebut.
Namun itu semua masih bersifat
perumpamaan (misalnya: apabila, punna, barang dasi na dasi),
karena sampai saat ini, kabupaten ini masih belum menorehkan kembali
prestasi yang mencengangkan lahir dari Takalar untuk kemajuan bangsa,
sebagaimana telah dicapai oleh para pahlawan nasional tersebut.
Oleh karena itu, melalui refleksi Hari
Sumpah Pemuda ini, marilah para pemuda Takalar di manapun anda berada, buanglah
rasa gengsi dan malas yang selalu menjadi penghalang besar untuk kalian menjadi
maju. Saat ini kita punya musuh bersama yaitu ’kemiskinan dan
pengangguran’. Kemiskinan dan pengangguran hanya bisa dilawan dengan
sebuah tekad kerja keras dengan penuh kesungguhan (Tinuluppaki akkareso nakigappa minasanta).
Malu kita kepada para pejuang
kemerdekaan itu, jika hanya melawan kemiskinan dan pengangguran saja kita tidak
berdaya. Dan malu pula kita kepada generasi yang akan datang, sebab mereka akan
mengatakan kepada kita semua bahwa melawan kemiskinan dan pengangguran saja
tidak mampu, apalagi melawan penjajah yang harus mengorbankan jiwa dan raga.
Padahal, di dalam darah dan jiwa kita
semua ini mengalir darah pahlawan, yang rela mengorbankan apapun yang dimiliki
demi tercapainya suatu cita – cita mulia, demi tercapainya suatu kemerdekaan
dan kebebasan dari kemiskinan dan keterbelakangan.
Oleh karena itu, jika tidak ingin malu
kepada generasi pendahulu dan generasi yang akan datang, maka saatnyalah untuk
membuktikan kepada mereka bahwa kita bisa melawan kemiskinan dan pengangguran
itu, demi memerdekakan rakyat Takalar secara hakiki.
Jika ini dapat diwujudkan, maka tidak
akan lama lagi, akan muncul pahlawan – pahlawan pengentasan kemiskinan dan
pengangguran dari bumi Takalar. Bukti bahwa Takalar memang tempatnya para
pahlawan dilahirkan. Why not?
Syamsu Salewangang Daeng Gajang, ST.
Pekerja Sosial, aktif di Plan
International Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar