TAKALAR,
TURUNGKA.COM - Desember, sampai pula kita dipenghujung
tahun 2013. Hari ini, hari kedua di bulan desember, hari terjadinya beberapa
peristiwa besar dalam sejarah kehidupan umat manusia di berbagai belahan dunia.
2 Desember 1804, seorang lelaki yang mengatakan bahwa wanita tidak lebih dari mesin untuk
memproduksi anak, dilantik menjadi Kaisar Perancis di katedral Notre Dame, Paris sebagai yang pertama
dalam kurun waktu 1.000 tahun.
Lelaki itu, Napoléon Bonaparte namanya.
Terlahir pada 15
Agustus 1769 dan meninggal pada 5
Mei 1821 adalah pemimpin
militer Perancis yang berperan penting dalam Revolusi Perancis.
Napoléon
lalu ditahbiskan menjadi Konsul Pertama Republik Perancis (11 November 1799 -
18 Mei 1804), kemudian Kaisar Perancis merangkap sebagai Raja Italia dengan
nama Napoleon I (18 Mei 1804 - 6 April 1814, dan
kemudian tanggal 20 Maret - 22 Juni 1815).
Napoléon adalah
seorang manusia yang membuktikan kebenaran bahwa sejarah bukanlah sesuatu yang
diwariskan, sejarah adalah sesuatu yang diciptakan: dilakukan, dan lalu
dituliskan.
Dalam sebuah
kesempatan, Napoléon mengatakan bahwa semua kejadian besar terjadi dengan
selisih setipis rambut. Orang yang memiliki kemampuan mengambil semua
kesempatan dan tidak mengabaikan apa pun yang dapat memberinya kesempatan untuk
berhasil; sementara orang yang tidak begitu memiliki kemampuan terkadang
kehilangan semuanya karena mengabaikan salah satu kesempatan tersebut.
Dengan keyakinan
seperti itulah, Napoléon menjalani hidupnya dan mengambil semua kesempatan yang
ada, yang melintas dalam garis hidupnya. Waktunya dia habiskan dari perang yang
satu ke perang lainnya, dan dia terlahir sebagai pemenang.
Perjalanan hidup Napoléon
penuh dengan kontroversi, terutama yang terkait dengan keyakinan keagamaan yang
dianutnya. Mengenai hal ini, Napoléon pernah mengatakan, “Dengan menjadikan
saya Katolik, saya membawa kedamaian di Brittany dan Vendée. Dengan menjadikan
saya orang Italia, saya memenangkan orang-orang Italia.”
Bahkan Napoléon juga
mengatakan, “Dengan menjadikan saya Muslim, saya mengukuhkan kehadiran saya di
Mesir. Jika saya memerintah bangsa Yahudi, saya akan mendirikan Bait Salomo.”
Sebuah pernyataan yang membuat berbagai pihak menuduhnya tak lebih dari seorang
pragmatis.
Kecurigaan tersebut
makin menebal ketika orang-orang menemukan bahwa Napoléon pernah meneriakkan, “Tindakan
pengecut! Apa peduliku? Anda boleh yakin bahwa saya tidak akan pernah takut
untuk melakukan hal itu jika itu menguntungkan saya.”
Tapi sebenarnya, itu
merupakan ekspresi kesiapannya untuk memberikan kebaikan, kedamaian,
kesejahteraan dan kemenangan pada manusia yang dipimpinnya. Bagi Napoléon, tak
ada yang instan dalam hidup, semua harus diraih dengan perjuangan, bagaimanapun
caranya.
“Bentuk pemerintahan
yang bukan berasal dari runtutan pengalaman, usaha, dan jerih lelah tidak akan
pernah dapat berakar.” Demikian kata Napoléon pada sebuah kesempatan.
Namun dari sekian hal
yang kontroversial di seputar hidupnya, komentar positifnya terhadap Islam dan
Muhammad merupakan hal yang menarik. Hal ini membuat Napoléon sering diklaim
sebagai penganut Islam.
Napoléon mengatakan
bahwa semua agama didasarkan atas keajaiban –pada hal-hal yang tidak dapat kita mengerti, seperti Trinitas.
Yesus menyebut dirinya Anak Allah, tetapi ia adalah keturunan Daud. Saya lebih
memilih agama Muhammad –agama itu lebih
tidak menggelikan daripada agama kita.
Bahkan, Napoléon memuji
nabi Muhammad saw dengan menyebutnya sebagai orang besar, prajurit yang tanpa
takut; dengan beberapa orang saja ia menang dalam Pertempuran Badar, kapten
yang hebat, pandai berbicara.
Bagi Napoléon, nabi
Muhammad saw adalah seorang negarawan yang hebat, menghidupkan kembali
negaranya, dan menciptakan bangsa dan kekuatan baru di tengah-tengah padang
gurun Arab.
0 komentar:
Posting Komentar