SANROBONE,
TURUNGKA.COM - Menunaikan
shalat jum'at di masjid Baitul Maqdis Sanrobone, tampak ada yang berbeda dengan
pelaksanaan shalat jum'at di masjid-masjid lain. Walaupun rukun jumatnya tetap
sama, ada yang berbeda pada ritual sebelum khatib naik ke mimbar.
Saat adzan pertama dikumandangkan, seorang petugas pemukul bedug akan memberikan tanda, bahwa adzan sudah akan dikumandangkan. Petugas pemukul bedug ini adalah memang orang khusus yang dipercayakan dan tidak pernah ada yang menggantikan.
Hal lain yang tampak dari ritual pelaksanaan shalat jum'at, di masjid yang terletak di dusun Salekowa desa Sanrobone, Kec. Sanrobone Takalar ini adalah, adanya petugas yang disebut bidal kanan dan bidal kiri.
Bidal kanan akan menjemput khatib
di tempat duduknya yang berada di pojok kiri shaf
depan. Bidal kanan ini menggunakan tongkat/tombak kala berjalan menuju sang
khatib, sembari membaca shalawat.
Saat
khatib berada di tangga mimbar, dan tongkat yang dipegang oleh bidal yang menjemput
si khatib telah diserahkan ke khatib, maka bidal kiri akan berdiri membacakan
shalawat dan beberapa bacaan yang tidak terlalu jelas kedengarannya, setelah
itu, berkumandanglah adzan kedua.
Setelah adzan kedua dikumandangkan, sang bidal ini, akan membacakan sebuah hadits yang intinya berisi ajakan untuk memperhatikan khatib berkhotbah. Barulah setelah itu, sang khatib bisa berdiri untuk memulai khutbah.
Menurut Daeng Sollong, petugas pemukul bedug yang kami temui usai shalat jumat, menjelaskan, “Ritual tadi sudah berlangsung sejak dahulu, dan tetap dipertahankan hingga sekarang”. Jelas pria paruh baya ini.
Lanjut Daeng Sollong, “Yang tadi dilakukan bidal, namanya ammuntuli, maknanya sebagai bentuk penghormatan kepada sang khatib.
Cerita
tentang kesakralan prosesi jumatan di masjid tua ini, diceritakan oleh Daeng
Jallung seorang jamaah sekaligus pengurus masjid, “Kalau proses ammuntuli-nya kurang sempurna, biasa ada
khatib yang lupa dengan khutbahnya, saat sudah di atas mimbar.”
0 komentar:
Posting Komentar